Tema dalam protokol ini:

Petang ini kami menyambut datangnya JOSUA. Penyampaian berlangsung secara lisan melalui medium Jürgen dalam kondisi fulltrance.

JOSUA: SEGALA PUJI BAGI TUHAN, damai beserta kalian.

(Disusul sambutan umum)

Rolf: Engkau pernah mengatakan, bahwa karya kita dapat "berlalu". Apa yang kau maksud?

JOSUA: Maksudnya adalah spiritualisme dan komunitasnya. Atau kau percaya, kalian akan membuatnya abadi?

Rolf: Apakah hal tersebut pengetahuanmu, apakah ini termasuk dalam rencana dasar?

JOSUA: Ini adalah harapanku, kepercayaanku. Adalah keinginanku, keinginan kalian. Lihatlah, bagaimana ia berkembang - tanpa masalah waktu sekarang, tetapi medium ini tidak akan dapat duduk abadi di sini.

Kita berharap tentu saja, bahwa Sternenlicht tidak mati bersama kalian, bahwa akan ada yang meneruskan pekerjaan komunitas ini. Tetapi hal ini masih akan berlangsung, semua itu musik masa depan, itu adalah mimpi kita, dan kita punya banyak mimpi. Tidak semuanya akan terwujud, pengaruh dunia, pengaruh lingkungan, semuanya berubah dengan pasti.

Dirk: Apa sih mimpi terakhirmu, yang terwujud, yang jadi kenyataan, apa mimpimu yang tidak terwujud?

JOSUA: Mimpiku paling akhir, yang tidak terwujud, adalah komunitas paling akhir, bahwa ia bubar dalam cara dan kondisi seperti itu. Mimpiku paling akhir, yang terwujud, adalah, kendati kegagalanku, aku masih mendapat ijin untuk membentuk komunitas baru dan memimpinnya.

Birgit: Mimpi-mimpi, terutama harapan dan percaya adalah ungkapan, yang sering dikaitkan: merenungi ungkapan ini aku mendusin, bahwa percaya itu sebetulnya sesuatu, apa yang membuat arah atau arti hidup. Jika aku berpikir sebaliknya, aku tidak percaya pada apa pun, maka makna pun tak ada, rutinitas akan sama berulang, dan hanya tubuh yang melakukan sesuatu. Namun dengan percaya, maka jiwalah yang dituju dan lalu ditetapkan tujuan, yang mengarah ke depan.

JOSUA: Ya, di mana pertanyaannya adalah, apakah ia betul-betul diperlukan. Jika kita membuat spesifikasi: sekarang tidak hanya berdasar pada percaya, bahwa engkau melaksanakan tugas sehari-hari, bahwa ada maknanya, melainkan percaya di dalam agama.

Birgit: Ya, itulah yang dimaksud.

Thomas: Percaya di dalam sebuah agama.

JOSUA: Engkau percaya pada...

Birgit: ...aku percaya, bersandar pada agama kristiani, pada kasih terhadap sesama, pada toleransi dan pengertian. Nilai-nilai inilah yang membentuk kepercayaanku. Lalu aku percaya akan adanya alam baka dan siklus pengembangan.

JOSUA: Ya, itu adalah kepercayaan spiritual.

Sekarang aku hanya mencoba untuk menemukan pintu masuk secara filsafat. Ini tidak mudah. Pertanyaan, yang kini kuangkat atau harus kukemukakan, adalah, bagaimana aku dengan kepercayaan kalian sampai pada tema yang jelas, apakah aku bisa untuk melihat dari sudut pandang kalian, sebab apa yang kalian percayai sudah kuketahui.

Orang sulit dapat berfilsafat denganku tentang kepercayaan, spiritualitas, dan alam baka, sebab aku tahu semua itu. Di mana segalanya itu tergantung dari kalian, untuk percaya, apa yang kukatakan. Sebuah pertanyaan lain, yang kuanggap sangat menarik, apakah percaya akan alam baka bagi kalian sungguh-sungguh merupakan sebuah kepercayaan. Kalian berkata, bahwa kalian tidak percaya, melainkan tahu, atau?

Marion: Ya, di mana orang dapat berpendapat relatif, demikianlah aku melihat hubungan antara percaya dan tahu dalam harapan.

Aku percaya, misalnya, padamu.

JOSUA: Dan engkau berharap, bahwa aku ini aku.

Marion: Dan jiwaku tahu, bahwa engkau ini engkau. Kendati pun hal tersebut selalu diiringi oleh sebuah tanda tanya.

Adalah suatu waktu, aku pernah berkata, aku tahu, bahwa itu adalah demikian. Terjadi begitu mudah, segalanya ada seperti itu, aku mengetahuinya. Aku begitu teguh dalam kepercayaanku. Itu adalah pengetahuan bagiku. Kemudian suatu waktu aku mulai untuk berharap.

JOSUA: Apa yang menggerakkanmu, untuk membuat segalanya relatif?

Marion: Pertanyaan bagus - ketidakpastian?

JOSUA: Euforia?

Marion: Euforiaku menyatakannya begini: aku tahu. Keraguanku menyatakannya: dapat saja begitu.

JOSUA: Ya, mari kita teruskan: jika engkau berkata, dapat saja begitu, bagaimana selanjutnya?

Marion: Aku melihat peristiwa, yang kualami secara pribadi. Dengan itulah kepercayaanku semakin dikuatkan. Sebab apa-apa yang telah dan akan kualami, terbentuk bukan dari renunganku, melainkan sudah ada. Demikianlah aku telah berkata, aku tahu, bahwa inilah yang terjadi. Itu menguatkan kepercayaanku. Namun selalu ada satu tanda tanya ini di belakang.

Birgit: Aku ingin misalnya, bahwa kepercayaanku benar. Untuk ini aku punya pengalaman kecil yang sangat subyektif, yang bagiku nyata. Tetapi bahwa aku tidak dapat membuktikan, bagaimana kita harus membuktikan semua yang ada di planet ini, itu bukanlah besaran obyektif yang menyeluruh.

Umumnya pengalaman dalam kepercayaan berbeda, mungkin hanya melalui nuansa kecil, tetapi akhirnya orang tidak dapat membuktikannya. Aku hanya berkata: sesuatu bagiku tidak harus sama bagi orang lain.

JOSUA: Itu betul. Jika kita mengambil contoh kepercayaan, secara individu dapat dikatakan, bahwa kepercayaan itu bagi setiap orang adalah positif. Tak ada kepercayaan yang negatif.

Dirk: Positif dan negatif dalam artian salah dan benar?

JOSUA: Ya, lain dari itu adalah opini pribadi atau sudut pandang lain. Orang tak akan berkata, tak tergantung dari kepercayaannya, bahwa kepercayaannya keliru. Ambil contoh pemujaan pada setan, yang adalah sebuah kepercayaan. Bagi para pemujanya hal tersebut bukan negatif, sebab - dan kita sekarang dekat dengan sisi filsafat - mereka mengharapkan sesuatu keuntungan dari pemujaannya.

Pada keuntungan inilah setiap orang berpikir. Dalam kepercayaan kalian, di mana kalian percaya pada kehidupan spiritual dan alam baka positif, dapat dimisalkan, bahwa kalian berharap, bahwa kesadaran kalian akan mengalir ke alam baka, jika kalian meninggal suatu saat nanti. Itu adalah harapan kalian, kepercayaan kalian, di mana pertanyaannya adalah, apakah kepercayaan dan harapan harus disamakan bobotnya.

Rolf: Menurutku tidak.

Dirk: Harapan, menurutku, selalu bertolak pada masa depan, sedang kepercayaan itu sesuatu yang juga dapat bernuansa kekinian.

JOSUA: Tepat itulah pertanyaannya, Dirk, sahabatku terkasih. Apakah kepercayaan bertolak pada masa kini? Kepercayaan itu menurutku mengarah ke masa depan, pada sesuatu, yang akan terjadi.

Engkau percaya sekarang, saat ini, jika kita ingin menetapkannya, pada suatu alam baka positif, pada akhirnya toh di sebuah alam baka positif.

Dirk: Ya, atau lebih konkrit: aku percaya padamu, bahwa kamu ada di sini. Aku percaya, engkau ada.

JOSUA: Engkau percaya, baguslah, bahwa aku di sini. Itu adalah kepercayaan yang baik...

Dan engkau percaya pula, bahwa engkau kelak akan tiba di sana, di mana aku ada sekarang. Engkau mengharap dari kepercayaan, apa yang kau miliki sekarang - yaitu eksistensiku, dalam bentuk atau melalui kata-kataku, bahwa engkau mendapat kepastian, bahwa engkau mendapatkannya di masa depan, apa yang sekarang engkau percayai.

Marion: Dengan demikian kepercayaan itu digabung dengan suatu sikap pengharapan.

JOSUA: Itu maksudku.

Dirk: Itu yang kunantikan, atau lebih jelasnya, yang kuharapkan, ya, tentu saja. Aku bahkan berkata, aku yakin, aku tahu, bahwa harapan itu akan terpenuhi. Setelah segalanya, tentang apa pun yang telah kami pelajari darimu, aku berkata: jika engkau benar ada, maka tak ada alasan bagiku, bahwa ada sesuatu darimu yang total salah, atau bahwa engkau menyesatkan kami.

JOSUA: Dan jika aku ini tidak benar-benar ada? Engkau menanggapi dengan aspek yang tepat benar, sahabatku. Engkau berkata, "jika engkau benar ada...", maka engkau percaya, bahwa aku ada.

Dirk: Aku tidak hanya percaya begitu saja, bahwa engkau ada.

JOSUA: Kepercayaanmu teguh, tetapi engkau tidak tahu, atau engkau tidak dapat berkata, bahwa engkau mengetahuinya. Engkau mempunyai kepercayaan yang kuat, dan tidak mau untuk kendur sedikit pun.

Dirk: Tidak begitu.

JOSUA: Tidak, selama padamu orang belum membuktikan kebalikannya, bukan?

Dirk: Itu dapat kubuktikan sendiri secara filosofis.

JOSUA: Ayo katakan.

Dirk: Segala apa yang kupercayai atau hanya kuketahui, berbasis pada pengalaman, berdasar hal-hal yang kulihat dan kualami: bagaimana misalnya saat ini, jika aku mengalami engkau. Semua peristiwa dan kejadian yang telah terjadi itu kini tumbuh menjadi pengertian, yang bakal menjadi kepercayaan atau pengetahuan. Sekarang aku tak ingin memilahnya antara kepercayaan dan pengetahuan, mungkin maksimal dalam kekuatan perasaan subyektif.

Dengan demikian, aku tahu, engkau ada, lewat pengalamanku aku juga tahu, pun aku percaya pula, bahwa pengetahuan kita tidak akan pernah sempurna. Segalanya selalu bergerak, tak ada stagnasi, selalu ada sesuatu, yang tersembunyi, yang belum kita lihat...

Marion: Itu sesuatu yang baik...maaf.

Dirk: Ya benar, dan selama itu pula pengetahuan kita, kepercayaan kita tak akan pernah lengkap. Selalu ada sebuah faktor X, yang tetap tidak pasti. Dan siapa berkata, bahwa faktor X ini tidak mengarah ke sana, bahwa engkau tidak ada, bahwa engkau pada akhirnya mungkin hanya suatu angan-angan sempurna dari aku sendiri atau...

JOSUA: ...sebuah harapan.

Dirk: ...atau harapan sempurna, ilusi, atau apa pun selalu: aku bahkan ingin memasukkan keberadaanku sendiri ke dalam faktor X ini: pertanyaan, apakah aku ini ada, dalam hal ini adalah sah. X artinya pengetahuan yang tak sempurna dan itu artinya, segalanya mungkin dari sudut filsafat.

JOSUA: Dengan itu engkau memberi kepercayaanmu arah, suatu sentuhan, bahwa engkau tidak melampaui batas, melainkan engkau meyakinkan dirimu dengan hal-hal tersebut, bahwa kepercayaanmu riil dan masuk akal.

Dirk: Ya, aku percaya, pandangan ini masuk akal dan melangkah menuju toleransi.

JOSUA: Ya, untukmu. Jika aku mengambil contoh seorang katholik exorcist (pengusir setan), maka baginya engkau dengan kepercayaanmu itu patut dipertanyakan, temanku.

Dirk: Aku barangkali merupakan oreang pertama yang dibakarnya hidup-hidup - banyak yang mengalami hal itu, bahwa mereka tidak mendapat bunga pujian, jika mereka mempertanyakan sikap gereja.

JOSUA. Di mana aku ingin meneruskannya, adalah kepercayaan, harapan, dan jalan materi. Adalah fakta, bahwa kepercayaan di alam materi kalian dapat berakibat banyak dan mempengaruhi jalan yang betul-betul kalian tempuh.

Dan jalan itu, yang mempesona dalam hal ini, dibalut dalam kepercayaan. Pada awalnya kalian didikte dalam suatu kepercayaan. Setiap orang mencoba, atau masyarakat mencoba, untuk memberikan pada anak-anak mereka suatu pola kepercayaan kolektif. Pada beberapa anak di antaranya, bahwa setelah jangka waktu tertentu, berkata, kepercayaan ini baik, tapi sebetulnya tidak selaras dengan kebenaran, dan mereka mencari kepercayaan lain. Jika mereka menemukan dan dapat menerimanya, maka jalan hidup mereka berubah, di arah ini atau itu. Aku mengambil Thomas sebagai contoh.

Thomas: Ya, benar sekali.

JOSUA: Thomas, sebelum datang ke kita, punya kepercayaan lain. Dan jika kalian coba memikirkannya sejenak, bagaimana hidupnya sebelum saat itu dan perubahan spiritualitas mana sebagai penyebab, setelah ia sadar, bahwa ia dapat menerima hal-hal tersebut, maka ia dalam hal ini merupakan contoh yang bagus.

Thomas: Absolut. Kepercayaanku, sebelum aku sampai di sini, adalah tidak-percaya. Aku tidak percaya pada apa yang dituturkan oleh gereja, dan aku juga tidak percaya pada tema-tema klasik seperti "mengapa kita ada di bumi, makna hidup apa yang kita perbuat, ke mana kita pergi setelah mati". Dulu itu aku berkata, aku ada karena aku suatu saat pernah dilahirkan, aku akan hidup di sini dan jika aku mati, maka usailah segalanya. Tamat.

Itu adalah tidak-percaya, yang juga merupakan sebuah kepercayaan, sebab aku mempercayainya, bahwa segalanya seperti itu.

JOSUA: Apakah jalan hidupmu sampai titik waktu tersebut bukan sesuatu yang lain? Bukankah letak prioritasmu ada pada faktor-faktor yang lain sama sekali? Misalnya harmoni dalam hubunganmu antar sesama terhampar di dataran lain? Yang kumaksud di sini adalah, bahwa kepercayaan merubah hidupmu.

Jalan materi berubah melalui kepercayaan. Apakah kepercayaan masing-masing mengarah pada jalan yang benar, adalah topik diskusi - khususnya pada bermacam manusia. Yang penting, bahwa kepercayaan bagi setiap orang merupakan aspek penting, agar dapat melewati hidup di alam materi.

Jika orang tidak punya kepercayaan ini, dalam bentuk apa pun, maka terjadilah, dalam suatu saat tindakan putus asa. Bunuh diri. Manusia tanpa kepercayaan gampang bunuh diri. Tanpa kepercayaan dalam hal ini sama dengan: tanpa harapan atau tanpa harapan terhadap sesuatu, itu yang membuatnya putus asa.

Kepercayaan bukanlah soal genetika. Kepercayaan merupakan hal yang lumrah bagi jiwa yang reinkarnasi. Di alam baka, di mana aku kini berada - sekarang aku harus hati-hati - dapat kukatakan, tak ada kepercayaan: di satu pihak kalian dapat membantahku, di lain pihak benar-benar tak ada kepercayaan bagi banyak jiwa, sebab mereka mengetahui, bahwa eksistensi mereka, keberadaan mereka adalah nyata dan tak berakhir. Makhluk rohani tak perlu kepercayaan, apa yang mereka inginkan adalah pengetahuan.

Jika kita sekarang menuju pada hal-hal filosofis, maka kalian akan ingat, bahwa kita pernah mengatakannya, bahwa ada kolektif berikutnya, yang ada di atas kolektif kita. Kita pernah mendiskusikannya secara filosofis. Kalian ingin mengetahui dariku, bagaimana di sana itu, dan aku hanya dapat memberitakan pada kalian hal-hal yang aku percayai.

Sebab itu aku berkata di awal dulu, bahwa kalian dapat membantah, sebab mulai dari dimensi tertentu, satu kepercayaan dimulai pula pada kami. Di lapisan lebih bawah itu adalah pengetahuan, sebab persoalan eksistensi telah jelas.

Bagi kalian soal kepercayaan di bumi, sebagaimana dikatakan, merupakan aspek terpenting, agar dapat melangkah di jalan ini, sampai tubuh tak bisa lagi. Kepercayaan di sini dapat disamakan dengan makna.

Birgit: Itu yang kumaksud pada awal tadi. Jika orang tidak lagi memiliki makna, maka hidup ini juga tidak bermakna.

JOSUA: Aku dapat saja hidup apatis apa adanya secara vegetarian.

Birgit: Lalu, sebagaimana kau katakan tadi, terbentuklah bahaya bunuh diri.

Thomas: Hal ini ingin kukaitkan kembali. Dapatkah terjadi, bahwa seseorang, yang tidak menemukan kepercayaannya, akan meninggal lebih awal, tanpa bunuh diri?

JOSUA: Itu dimungkinkan, ya. Tidak harus melompat dari atas jembatan, jika aku boleh menyatakannya. Bunuh diri juga dapat terjadi, bahwa tubuh, bahwa jiwa menyerah, jika ia mendusin, bahwa ia tidak dapat berjalan seperti yang dulu direncanakannya di alam baka. Jika ia kehilangan kepercayaannya atau tidak mulai mencoba untuk mencarinya dan hanya berputar-putar tersesat di lingkungan, maka tubuh akan mulai aus, sebab kekuatan hidup, energi ode menjadi semakin lemah.

Kadang-kadang jiwa yang seperti ini akan berjumpa dengan seorang spiritualis dan dibangkitkan.

Marion: Engkau berkata, engkau tahu, bagaimana adanya, dan bahwa roh tidak membutuhkan kepercayaan tentang persoalan eksistensi. Mengapa pengetahuan ini tidak disertakan pada waktu inkarnasi? Mengapa manusia harus belajar untuk percaya? Sebetulnya akan ada basis lain, jika kita telah mengetahui hal-hal tersebut, dibandingkan dengan tanda tanya yang selalu menyertai di belakang.

JOSUA: Tanda tanya ini berkaitan dengan evolusi, dengan kehendak, untuk mencapai sesuatu, untuk berbuat. Energi, yang kalian butuhkan, untuk belajar sesuatu di bumi ini, hanya menjadi bentuk, jika kalian percaya, bahwa apa-apa, yang dipelajari, mempunyai makna.

Marion: Itu selaras dengan pikiran, yang melintas di benakku, ketika Dirk bertutur soal faktor X. Kepercayaan bagiku tak pernah berakhir, pengetahuan menurutku punya akhir.

Birgit: Bukankah kita satu kali pernah menyatakan, bahwa ketidakpastian juga suatu penggerak? Jika aku tahu betul tentang sesuatu, mungkin aku akan lebih cepat menyerah, sebab aku berkata :"Sudahlah, aku tahu, ke mana aku pergi". Sebaliknya kepercayaan selalu mendorongku untuk terus maju ke depan.

JOSUA: Sebuah rancangan baik, yang engkau perbuat. Jika engkau saat ini tahu tentang eksistensi setelah kematian tubuh, mengapa engkau tetap hidup di bumi? Engkau toh di kesempatan mendatang dapat meneruskan, apa-apa yang saat ini tidak nyaman.

Birgit: Ya, tetapi aku juga tahu, bahwa apa-apa yang tidak nyaman itu di kehidupan mendatang akan kualami lagi. Lebih baik aku mencari solusinya saat ini.

JOSUA: Itu merupakan opini. Yang lain berkata, apa yang hari ini tak bisa kuselesaikan, akan kutuntaskan besok.

Rolf: Mereka ini dalam hidup umumnya lebih tenang. Tetapi jika aku paham pembicaraan sebelum ini, maka orang harusnya dapat mengatakan, bahwa jiwa membawa kepercayaan bersamanya.

JOSUA: Jiwa mendapatkan kepercayaan nantinya. Mereka tidak membawanya dari sana, kepercayaan adalah sesuatu yang baru bagi jiwa di alam materi. Jiwa tidak mendapatkan sebelumnya, jiwa tahu hal ini.

Rolf: Artinya, kepercayaan dimulai pada saat inkarnasi.

JOSUA: Begitulah, sebab jiwa harus dipisahkan dari pengetahuannya. Jiwa tidak harus membawa pengetahuan dari alam baka, melainkan mengisi dengan yang baru.

Rolf: Ya, dan lalu kepercayaan itu dicetak lewat masyarakat, orang tua, dan lingkungan.

JOSUA: Benar. Kepercayaan di bumi berubah gara-gara pengetahuan, melalui apa-apa yang kulihat atau rasa.

Kalian dulu di alam baka telah menetapkan satu tujuan: kalian ingin melewati suatu jalan sosial tertentu. Dalam pada itu penting untuk mengalami sesuatu, apa-apa yang cocok di cetakan total pengetahuan kalian, sesuatu yang selama ini belum diatur atau apa-apa yang masih belum dikenal dengan jelas.

Jika kalian sudah di bumi, sebagai ganti pengetahuan kalian punya kepercayaan. Yang sulit adalah mengenali kepercayaan yang benar - dan penyebabnya adalah, bahwa kalian didesak mengarah pada kepercayaan tertentu di dalam pendidikan kalian, misalnya arahnya gereja kristiani, arahnya muslim pada Allah, atau kepercayaan lainnya.

Untuk menemukan jalan atau kepercayaan, yang dimiliki jiwa sebagai modal dasar, adalah yang tersulit, sebab jiwa yang inkarnasi tidak bisa menemukannya sendiri. Banyak faktor bermain di sini. Membawa manusia ke jalan kepercayaan, adalah sangat sulit. Karena itulah sejak kebangkitan Kristus, kita dibimbing oleh roh pelindung, guru rohani, yang dapat menolong kita. Roh pelindung dapat memberi inspirasi pada kita, jika ada sesuatu yang fatal, menyentuh perasaan kita, bahwa tindakan kita bukan yang diinginkan roh kita.

Bagaimana sempitnya jalan tersebut, dapat kalian amati, bahwa di spiritualitas pun berbagai aliran sering tidak selaras. Apa-apa yang dapat mengalir pada seseorang, tak ada yang tahu tepatnya, apakah yang ia lakukan sekarang, benar-benar jalan absolut.

Di sini jalan tersebut kembali berisi kepercayaan, dan kepercayaan tidak berarti pengetahuan, tapi bermakna harapan dan keyakinan. Yakin dalam bentuk, bahwa sudahlah cukup, apa yang kalian capai di kehidupan dan apa yang dapat kalian ubah dari percaya menjadi tahu. Persisnya juga begitu, sebab apa yang kalian percayai dan percaya harus dilakukan, akan kalian panen dan dapat merubahnya ke pengetahuan. Jika kalian kembali ke alam baka, kalian akan kehilangan kepercayaan dan mendapat pengetahuan.

Marion: Jika aku di bumi ini kehilangan kepercayaan, apakah aku tak ada harapan?

JOSUA: Maka engkau tidak punya hubungan dengan roh pelindungmu, lingkunganmu, dan dirimu sendiri. Manusia karir kehilangan kepercayaannya dan dengan demikian jalan spiritualitas mereka.

Marion: Aku pikir, yang lain juga begitu.

JOSUA: Manusia karir adalah ditakdirkan, aku pernah berpikir, mereka ini yang paling rentan. Tentu saja ada manusia karir, yang kendati segalanya itu masih memegang kepercayaan, harapan, dan keyakinannya. Aku berkata sekarang tentang kasus ekstrem, di mana "kepercayaan" dijadikan mammon.

Marion: Ya, mereka itu adalah yang percaya pada kekuasaan uang.

Dirk: Dalam konteks ini kepercayaan lebih ditekankan pada tujuan hidup, tidak begitu besar pada Tuhan, pada kehidupan setelah kematian, melainkan pada hal-hal dan peristiwa sosial, bukan begitu?

JOSUA: Ya, itulah bagian utama yang sebetulnya dari kepercayaan. Apa kalian sekarang percaya, bahwa ada "Tuhan Pengasih".

Birgit: Beberapa hal, yang orang percayai, memahaminya dan telah merubah sikapnya, misalnya dalam menghadapi sesama, berbuah-buah dan meneguhkan, sehingga orang dikuatkan kepercayaannya. Lalu orang akan lebih dalam kepercayaannya. Jika aku telah paham, kini keadaannya kian baik, maka aku dapat membuat langkah ke perubahan berikutnya dan menetapkan keyakinan pada sistem ini, yang melalui kepercayaanku secara nyata dapat memindahkan gunung.

JOSUA: Engkau telah memakai kata "meneguhkan". Engkau memperoleh peneguhan dalam kepercayaanmu, tetapi engkau hanya memperolehnya, jika kepercayaan itu bagimu benar atau jalan yang benar. Jika kepercayaan itu salah, engkau tidak akan memperoleh peneguhan.

Kalian harus pertama-tama mendengar dari batin dan merenungkannya, apakah kalian mendapat peneguhan dan pemahaman untuk kepercayaan kalian. Semua ini adalah hal-hal, yang kelak dapat kalian alirkan ke dalam pengetahuan kalian.

Jika kalian melewati jalan, di mana kepercayaan tidak berperan besar - mungkin hanya sebagai kelas bawah, yang dikesampingkan - maka kalian tidak akan mendapatkan peneguhan.

Seringkali manusia lansia, yang mengatakan, bahwa mereka telah mendapat beberapa peneguhan di kehidupan mereka, bahwa ini dan itu, yang mereka perbuat, adalah benar. Jika orang menanyai mereka, bagaimana perubahan yang mereka buat seandainya mereka harus mulai lagi dari awal, berjalan di kehidupan ini dari mula.

Tidak, engkau tak membeli kacamata pada Fielmann! Selalu pikiran ini (Dalam iklan Fielmann ada 2 manusia, yang cocok dengan pernyataan Josua, apa yang bakal dilakukan jika hidup mereka dimulai dari awal. Jawaban mereka, tidak ada perubahan, hanya bahwa mereka sudah membeli kacamata di perusahaan kacamata Fielmann, persis seperti apa yang sedang dipikir oleh Marion).

(Senyum simpul dari hadirin)

Marion: Maaf. Itu adalah bukti, bahwa engkau mengetahui apa yang sedang kupikirkan.

JOSUA: Ya. Banyak manusia dapat benar-benar berkata, aku akan melalui jalan kehidupanku sama seperti saat ini. Tentu saja, jika orang merenungkannya, mungkin ada beberapa perubahan, di mana orang menyangka dulu, jalan itu benar - hari ini orang tahu, dahulu harusnya lebih baik dibuat lain. Tetapi kepercayaan itu sendiri begitu hebat, yang tidak hanya terkait dengan agama atau spiritualitas. Kepercayaan itu mencakup segalanya, seluruh hidup kalian.

Birgit: Kepercayaan dapat menyesatkan.

JOSUA: Bukan kepercayaan yang menyesatkan, melainkan keputusan, yang membuatmu gagal.

Betty: Atau apa-apa, yang kuharapkan.

JOSUA: Ya, engkau mengharapkan hanya dengan sebuah keputusan, untuk membuat yang benar, tetapi engkau kendati demikian membuat kesalahan. Itu tak ada kaitannya, bahwa kepercayaanmu salah, melainkan engkau membuat langkah yang keliru atau memilih keputusan yang keliru.

Sebuah contoh, engkau percaya, adalah lebih baik siang ini bepergian dengan trem, namun engkau berkata, naik mobil pribadi lebih nyaman. Lalu engkau pergi naik mobil dan mengalami kecelakaan, engkau berkata:"Lihatlah, seandainya aku mendengar suara hati dan bepergian dengan trem, maka tak akan aku mengalami kecelakaan."

Ya, itulah saat-saat, di mana ada kepercayaan dan ada keputusan yang keliru. Kesulitannya ada pada - khususnya bagi kalian - penetapan keputusan, yang benar-benar mengarahkan kepercayaan dan jalan kepada apa yang sebenarnya diinginkan kalian. Itu hanya dapat dipahami kalian, jika kalian menyadari kepercayaan itu, sebab setelah itu orang mendengar peneguhan. Namun orang tidak boleh menetapkan suatu rasa percaya pada diri sendiri dan berkata:"Baiklah, aku percaya, segalanya akan berlangsung dengan baik." Orang harus dapat mengiyakan, bahwa mungkin sesuatu, yang di saat tersebut diputuskan akan dilakukan, adalah salah.

Kalian di bumi ini memiliki hadiah luar biasa besar atau keahlian, bahwa kalian dapat mengoreksi banyak hal. Di bumi ini kepecayaan adalah kemungkinan kalian untuk belajar, untuk mengoreksi, untuk berjalan lebih jauh, dan mengubah arah. Di alam baka tak ada kepercayaan - ada sebuah harapan, begitulah aku berkata.

Apa yang kami, apa yang misalnya kukembangkan melalui filsafat, adalah harapan, bahwa di dalam kolektif berikutnya dapat terlihat, sebagaimana yang telah kita bicarakan. Itu tak berkaitan dengan kepercayaan. Aku tidak mempunyai kepercayaan dilihat dari sudut pandang kalian, aku punya pengetahuan, dan aku dapat memberi kalian pengetahuan itu. Namun pengetahuanku bukanlah penentu di dalam kepercayaan kalian. Ia dapat membimbing kalian, ia dapat menunjukkan jalan kalian, tetapi meneguhkannya harus kalian sendiri.

Rolf: Setiap orang bagi dirinya sendiri. Sebab jika tidak demikian berarti mempengaruhi?

JOSUA: Setiap orang bagi dirinya sendiri.

Dengan pengaruh tak ada hubungannya, melainkan itu adalah sebuah kenyataan. Tentu saja aku dapat mempengaruhimu di dalam kepercayaanmu. Engkau tidak percaya, bagaimana mulusnya hal itu bisa terjadi.

Marion: Banyak yang melakukannya.

JOSUA: Ya, banyak - juga satu sama lain - mempengaruhi kepercayaan.

Faktanya pada kami di sini, bahwa engkau selalu punya kemungkinan, untuk memutuskan sendiri. Engkau di sini memutuskan kemungkinan, apakah apa-apa, yang kukatakan padamu, memainkan peran dalam hidupmu. Engkau dapat berkata:"Ya, apa yang ia katakan, terbukti dalam kepercayaanku." Engkau juga dapat berkata, bahwa engkau sudah lama tidak mendengar hal-hal yang sinting begini.

Rolf: Hal itu tentunya tidak akan kulakukan.

JOSUA: Tetapi ada banyak orang yang melakukannya. Misalnya saja tidak semua pembaca protokol ini punya pendapat sama dan berkata, bahwa engkaulah sabda itu. Beberapa mengatakan, bahwa mereka mengerti, apa yang kukatakan, sebab hal ini merefleksikan kepercayaan, harapan, dan jalan hidupnya, yang lain berkata, "ia agak kurang waras."

Rolf: Engkau telah menyatakan tentang peneguhan kepercayaan....

JOSUA: Ya, itulah hal-hal kecil dalam hidup, yang kalian perlukan.

Rolf: ...dan pada sisi lain tentang pengetahuan. Apakah engkau membedakannya?

JOSUA: Ya, luar biasa besar, sebab pengetahuan kalian hanya bertolak pada materi. Engkau tahu, jika engkau memegang sebuah batu di tanganmu, bahwa itu adalah sebuah batu. Engkau tahu itu, tanpa percaya, karena engkau melihat batu itu, yang realistis adanya.

Lain dari itu adalah kepercayaan. Engkau percaya, jika engkau pergi ke sekolah - atau dibawa ke sana, bahwa engkau belajar sesuatu. Engkau percaya, jika engkau kuliah ekonomi perbankan, bahwa engkau akan melalui jalan pekerjaanmu.

Rolf: Bukan main...

JOSUA: Tidak, dengarkan baik-baik: dalam kasusmu itu adalah kepercayaan palsu, sebab engkau didesak supaya menempuh jalan itu. Seseorang lain ingin, bahwa engkau percaya, bahwa itu adalah baik untukmu.

Rolf: Ya, itu betul.

JOSUA: Dan sekarang tibalah saat yang tepat, terutama bagi para orang tua, yang harus cerah. Jika aku memaksa seseorang, maka aku berbuat melawan kepercayaannya.

Jika ayahmu misalnya berkata padamu, engkau harus kuliah ekonomi perbankan dan menamatkannya, maka engkau melakukannya, sebab engkau harus patuh - dahulu kala terjadinya begitu. Tetapi itu tak ada hubungannya, bahwa engkau benar-benar percaya, untuk menjadi seorang ahli bank.

Kepercayaan sendiri harus bebas. Dan untuk kalian dan juga bagi banyak pembaca protokol ini terbentuk pertanyaan, sampai kapan aku membiarkan bebas kepercayaan anak-anak dan toleransi terhadap keputusan mereka sendiri. Adalah penting dalam pada itu untuk memahami, apakah aku memaksa seseorang untuk percaya, atau aku memberikannya bantuan guna memutuskan.

Di lain pihak, coba kalian bayangkan, kalian dapat melakukannya, sesuai kepercayaan kalian, perasaan kalian. Jalan kalian akan lain dengan yang sekarang.

Rolf: Hanya, apakah orang di saat itu juga berhasil melawan?

JOSUA: Tidak. Tetapi bukan di situ persoalannya sekarang. Masalahnya adalah, bahwa orang menempuh jalan tertentu untuk waktu yang lama, dan itu membawa konsekuensinya. Situasi tempat kerjamu misalnya, di mana engkau saat ini berada, terjadinya hanya, sebab engkau didorong masuk ke sana. Itu tidak engkau lakukan, sebab selaras dengan kepercayaanmu, melainkan sebab engkau saat ini terjepit di tengah-tengah, karena yang lain atau kebutuhan materi tak mengijinkan, bahwa engkau menghindari pekerjaan ini - dan jika ya, maka engkau tiba di situasi berikutnya. Artinya, jalan, yang engkau, ketika engkau tiba di bumi, menyusup masuk di bawah nama "kepercayaan", yang bagimu tak berjalan sebagaimana yang engkau inginkan. Dengan begitu, apa yang terjadi dengan kepercayaan?

Kalian paham, tidak banyak di bumi, yang dapat betul-betul berkata, baiklah, segalanya berjalan seperti yang kuinginkan. Banyak yang dalam situasi ini, di mana mereka berkata:"Pasrah saja. Kita seyogjanya puas."

Dirk: Untuk tahu, bahwa tidaklah demikian, dalam contoh kuliah ekonomi perbankan yang ditempuh Rolf, seperti itu dapat dipastikan belakangan. Hanya belakangan?

JOSUA: Hanya. Sebelumnya orang dapat mempunyai perasaan yang tidak enak - sesuai moto, aku harus membuat sesuatu koreksi di sana, ya. Silahkan terus.

Dirk: Itu sebetulnya jawabannya. Baiklah, jika aku sekarang ini membuat sesuatu dan dalam pada itu merasakan hambatan, hambatan sengit dari segala arah, bagaimana menilai hambatan itu?

JOSUA: Keberadaannya juga dapat diinginkan - sebagai seuatu yang tidak rata, sebagai batu-batu sandungan dari kepercayaanmu.

Birgit: Sebagai batu-batu ujian?

JOSUA: Atau sebagai batu-batu ujian, seperti yang engkau inginkan. Jika engkau berkata, itu adalah kepercayaanku, cita-citaku, tujuanku, maka engkau harus melaluinya, sebab jika engkau tidak melakukannya, engkau kehilangan keyakinan, kepercayaanmu, kepercayaan pada dirimu sendiri dan pada masa depan.

Dengen begitu hambatan tak ada hubungannya, bahwa kepercayaanmu keliru. Itu hanya keliru, jika engkau didesak pada sebuah jalan, yang tak berkaitan sama sekali dengan kepercayaanmu. Ini sering terjadi di rumah orang tua, bahwa orang ingin memberi sang anak, agar ia mengatur hidup. Kesulitan dalam mendidik adalah, membiarkan anak menganut kepercayaannya sendiri dan bersamaan dengan itu memberi bantuan, menjelaskan berbagai alternatif dan kemungkinan.

Rolf: Aku membayangkan, bahwa kepercayaan itu sendiri juga suatu energi, untuk membersihkan rintangan dan hambatan.

JOSUA: Ya, perasaan ini, pengetahuan, itulah dia, dan untuk punya kemungkinan, agar juga dapat melewati jalan, menguatkan kalian pada saat kesulitan menerpa. Dan kemudian ada sesama manusia dan hidup bersama di sana, kalian lihat, ke mana kepercayaan dapat menuntun.

Kepercayaan adalah sebuah petunjuk jalan, sebuah kemungkinan, suatu alternatif, sebuah lingkungan sosial. Agama bukanlah kepercayaan, melainkan sebuah alat. Kepercayaan adalah kalian sendiri - ini adalah definisi penting.

Kepercayaan adalah juga sesuatu, yang kalian peroleh pada saat inkarnasi, sebab itu kalian harus lelap sebelumnya, kalian memperoleh sebuah identitas baru. Kepercayaan digabung dengan identitas baru, dan orang dapat atau boleh mengatakan kepercayaan sebagai ganti tujuan atau jalan. Kepercayaan itulah akhirnya, yang kalian pelajari, yang kelak kalian ubah menjadi pengetahuan.

Dirk: Kepercayaan digabung dengan identitas - dengan Vanessa, Birgit, atau dengan siapa saja. Engkau berkata, di alam baka kepercayaan individual ini, yang ditentukan melalui individualitas, diubah ke pengetahuan. Oh, apakah ini berarti, tak ada pengetahuan secara umum di alam baka?

JOSUA: Pengetahuan itu individual, selama engkau mempunyai jiwa. Engkau sekarang berjalan di atas suatu rel yang berbeda sama sekali. Pengetahuan secara umum baru tiba kemudian, pada waktu engkau mengalir ke pengetahuan total. Apa, yang kalian miliki di alam baka, adalah pengetahuan individual.

Birgit: Apakah yang membesar melalui bermacam "gelembung"?

JOSUA: Kesamaan, ya, kemiripan, dengan itu ada jiwa, yang bersatu lewat pengetahuan yang mirip. Tidaklah mungkin jiwa sendirian, untuk menerima seluruh pengetahuan. Satu roh tidak dapat melakukannya, melainkan harus banyak roh yang bergabung, secara bersama-sama, banyak yang kemudian menjadi "pengetahuan" besar dan terus berkembang. Semakin mirip untuk menjadi pengetahuan individual, kian besar gelembungnya, sebagaimana yang telah engkau katakan dengan begitu indah.

Dirk: Kemudian dapat terjadi pula, jika kita berdua bersua di alam baka dan membicarakan pengalaman kita, bahwa pengetahuan pribadi kita bertentangan.

JOSUA: Ya tentu saja, jika padamu mungkin ada faktor-faktor tidak lengkap tentang beberapa hal, atau padaku kurang beberapa, maka dapat terjadi - bukan, bukan bertentangan, melainkan tidak lengkap. Bertentangan itu tidak ada di alam baka positif. Bertentangan itu adanya di alam baka negatif - yang tidak berpengetahuan.

Dirk: Jika kita setuju, bahwa pengetahuan kita tidak lengkap dan dari ketidaklengkapan itu dapat ditarik kesimpulan yang berlainan, maka itulah tepatnya apa yang kunamakan "bertentangan", ya.

Tetapi bukankah demikian halnya di alam materi? Engkau berkata, jika orang punya batu di tangan, itu berlaku sebagai pengetahuan, bahwa ada batu. Pikiran awalku adalah, apakah itu pengetahuan yang sebetulnya. Jika aku punya sebuah batu di tangan - kini aku sudah menamakannya demikian sebab terbiasa - aku akan berkata, bahwa aku menduga, bahwa benda ini sebuah batu, sebab ia mirip dengan apa yang disebut manusia sebagai batu.

JOSUA: Aku tahu, ke mana arah bicaramu.

Dirk: Aku ingin bicara soal faktor-faktor penyebab pengetahuan.

JOSUA: Engkau berkata tentang ilusi. Ilusi ini kita kesampingkan sekarang - namun dapat kita ambil kembali jika perlu. Di alam materi, di mana engkau kini berada, benda itu bagimu adalah fakta. Apakah batu ini di tempat lain juga dianggap sebagai batu, adalah pertanyaan lain. Bagimu itu adalah pengetahuan, bahwa itu sebuah batu. Dan pengetahuan ini tidak berubah, sebab ungkapan batu, bagimu tidak hanya mengandung satu kata melainkan hubungan pada, apa yang engkau lihat.

Jika engkau sekarang misalnya pergi ke negara lain, yang bahasanya tidak engkau kuasai, dan engkau berbicara dengan manusia di sana, aku ingin sebuah batu, maka mereka tidak mengerti maksudmu. Tetapi begitu engkau mengambil sebuah batu dan menunjukkannya, tahulah mereka, apa yang engkau maksudkan - dan walaupun bahasa mereka lain.

Materi, dan di sini tepatnya titik tolak, adalah sesuatu, apa-apa yang riil dan de-facto dapat disentuh, alam baka adalah ilusi.

Dirk: Dilihat dari sudut alam materi.

JOSUA: Dari sudut alam materi, ya. Dan bagi kami alam materi adalah ilusi.

Rolf: Mungkinkah, untuk mendefinisikan kepercayaan segera setelah inkarnasi? Dapatkah orang berkata, kepercayaan itu sesuatu, yang memberi hidup sebuah arti?

JOSUA: Kepercayaan ini tidak engkau miliki di awal, tidak. Kepercayaan, yang ada, jika kamu berangkat lari, adalah, bahwa jika engkau tidak mendapat makanan dalam tempo 5 menit berikutnya, engkau akan membuat keributan. Dengan itu dimulailah kepercayaan, itulah "Adam dan Hawa".

Maknanya datang belakangan: agar dapat mengenalinya, bahwa hidup mengandung arti, engkau membutuhkan peneguhan dan pengalaman di dalam kepercayaan.

Rolf: Ini mempesona.

JOSUA: Ya, sebab itu kita akan melakukannya lagi pada kesempatan mendatang, jika kalian setuju.

Demikianlah, aku mendoakan kalian selamat sejahtera, pergilah dalam harmoni dan kasih. Aku berterima kasih pada kalian, untuk harmoni, yang kembali menyongsongku, ini memberiku kekuatan, keyakinan dan - bukan kepercayaan melainkan pengetahuan, bahwa apa-apa yang kita perbuat adalah benar.

SEGALA PUJI BAGI TUHAN, tolong musiknya..